Jumat, 28 Januari 2011

BAB I
Pendahuluan
A.‎ Latar belakang ‎ ‎
Sebagaimana yang kita ketahui bersama, bahwa pemikiran teoritis itu memiliki ‎kaitan yang erat dengan lingkungan tempat pemikiran itu dilakukan dan pemikiran ‎teoritis itu permulaan lahirnya filsafat di yunani pada abad ke-6 SM dan yunani ‎merupakan tempat dimana pemikiran ilmiah mulai tumbuh , pada zaman itu lahirlah ‎para pemikir yang mengarah dan menyebabkan filsafat itu dilahirkan.‎
‎ ‎ Biasanya filsafat yunani itu mempunyai ciri yang bersifat rasionalisme. ‎Rasionalisme yunani itu mencapai pada puncaknya pada orang-orang sophis. Pada bab ‎selanjutnya penulis akan membahas tentang filsafat pra Socrates, socrates, plato, dan ‎aristoteles.‎
Socrates ‎
‎ Socrates dilahirkan di Athena pada tahun 470 S.M. Socrates dikenal sebagai ‎orang yang berbudi luhur mempunyai kearifan dan kebijaksanaan.‎
Namun ia tidak pernah mengaku mempunyai kearifan dan kebijaksanaan, ia ‎hanya mengaku sebagai penggemar kearifan atau amateur kebijaksanaan, bukan ‎professional dan mengambil untuk kebendaan dari apa yang ia gemari seperti kaum ‎sofis pada zamannya.‎
Konon dewa yang berada di tempat peribadatan bagi orang Yunani di Delphi ‎menyatakan dengan cara luar biasa bahwa ia adalah orang yang arif di negeri Yunani, ‎ia menafsirkan bisikan itu sebagai persetujuan atas cara acnoticism yang menjadi titik ‎tolak di filsafatnya : “ one thing only I know, and that is I know nothing “‎
Dia bukan keturunan bangsawan atau orang berkedudukan tinggi. Melainkan ‎anak dari seorang pemahat bernama Sophroniscus dan ibunya seorang bidan bernama ‎Phaenarete. Setelah ayahnya meninggal dunia, Socrates manggantikannya sebagai ‎pemahat. Tetapi akhirnya ia berhenti dari pekerjaan itu dan bekerja dalam lapangan ‎filsafat dengan dibelanjai oleh seorang penduduk Athena yang kaya.1‎
Plato ‎
Plato (427-347 SM) dilahirkan di lingkungan keluarga bangsawan kota ‎Athena. Semenjak muda ia sangat mengagumi Socrates (470-399), seorang filsuf yang ‎menentang ajaran para sofis, sehingga pemikiran Plato sangat dipengaruhi sosok yang ‎di kemudian hari menjadi gurunya tersebut. Plato memiliki bakat yang sangat besar ‎untuk menjadi pengarang, terbukti hingga saat ini setidaknya 24 dialog Plato ‎dianggap sebagai kesusastraan dunia. Sebagaimana Socrates, Plato selalu mengadakan ‎percakapan dengan warga Athena untuk menuliskan pikiran-pikirannya. Pada tahun ‎‎387 SM, Plato mendirikan sekolah filsafat yang dinamakannya Akademia.
Salah satu pemikiran pemikiran Plato yang terkenal ialah pandangannya mengenai ‎realitas. Menurutnya realitas seluruhnya terbagi atas dua dunia: dunia yang terbuka ‎bagi rasio dan dunia yang hanya terbuka bagi panca indra. Dunia pertama terdiri atas ‎idea-idea dan dunia berikutnya ialah dunia jasmani. Pemikiran Plato tersebut bahkan ‎berhasil mendamaikan pertentangan antara pemikiran Heraklitus dan Parmenides. ‎Pemikiran Plato inilah yang akan penyusun jadikan sebagai tema pembahasan dalam ‎makalah ini. ‎
Aristoteles ‎
Aristoteles dilahirkan di kota Stagira, Macedonia, 384 SM. Ayahnya seorang ‎ahli fisika kenamaan. Pada umur tujuh belas tahun Aristoteles pergi ke Athena belajar ‎di Akademi Plato. Dia menetap di sana selama dua puluh tahun hingga tak lama Plato ‎meninggal dunia. Dari ayahnya, Aristoteles mungkin memperoleh dorongan minat di ‎bidang biologi dan “pengetahuan praktis”. Di bawah asuhan Plato dia menanamkan ‎minat dalam hal spekulasi filosofis.‎
Pada tahun 342 SM Aristoteles pulang kembali ke Macedonia, menjadi guru ‎seorang anak raja umur tiga belas tahun yang kemudian dalam sejarah terkenal dengan ‎Alexander Yang Agung. Aristoteles mendidik si Alexander muda dalam beberapa ‎tahun. Di tahun 335 SM, sesudah Alexander naik tahta kerajaan, Aristoteles kembali ‎ke Athena dan di situ dibukanya sekolahnya sendiri, Lyceum. Dia berada di Athena ‎dua belas tahun, satu masa yang berbarengan dengan karier penaklukan militer ‎Alexander. Alexander tidak minta nasehat kepada bekas gurunya, tetapi dia berbaik ‎hati menyediakan dana buat Aristoteles untuk melakukan penyelidikan-penyelidikan. ‎Mungkin ini merupakan contoh pertama dalam sejarah seorang ilmuwan menerima ‎jumlah dana besar dari pemerintah untuk maksud-maksud penyelidikan dan sekaligus ‎merupakan yang terakhir dalam abad-abad berikutnya.‎
B.‎ Rumusan Masalah
Bagaimana sejarah filsafat Socrates, Plato, dan Aristoteles ?‎

C.‎ Tujuan
Tujuan kami yaitu, supaya pembaca dapat mengetahui sejarah filsafat Socrates, ‎Plato, dan Aristoteles.‎




BAB II
Rumusan Masalah
PEMIKIRAN SOCRATES
Ajaran bahwa semua kebenaran itu relatif telah menggoyahkan teori – teori ‎sains yang telah mapan, mengguncangkan keyakinan agama. Ini menyebabkan ‎kebingungan dan kekacauan dalam kehidupan. Inilah sebabnya Socrates harus ‎bangkit. Ia harus meyakinkan orang Athena bahwa tidak semua kebenaran itu relatif, ‎ada kebenaran umum yang dapat dipegang oleh semua orang. Sebagaian kebenaran ‎memang relatif, tetapi tidak semuanya. Sayangnya, Socrates tidak meninggalkan ‎tulisan. Ajarannya kita peroleh dari tulisan murid – muridnya terutama Plato.3‎
Bartens menjelaskan ajaran Socrates sebagai berikut ini. Ajaran itu dutujukan ‎untuk menentang ajaran relativisme sofis. Ia ingin menegakkan sains dan agama. ‎Kalau dipandang sepintas lalu, Socrates tidaklah banyak berbeda dengan orang – ‎orang sofis. Sama dengan orang sofis, Socrates memulai filsafatnya dengan bertolak ‎dari pengalaman sehari – hari. Akan tetapi, ada perbedaan yang amat penting antara ‎orang sofis dan Socrates. Socrates tidak menyetujui kaum sofis.‎
Menurut pendapat Socrates ada kebenaran obyektif, yang tidak bergantung ‎pada saya atau pada kita. Ini memang pusat permasalahan yang dihadapi oleh ‎Socrates. Untuk membuktikan adanya kebenaran obyektif, Socrates metode tertentu. ‎Metode itu bersifat praktis dan dijalankan melalui percakapan – percakapan. Ia ‎menganalisis pendapat – pendapat. Setiap orang mempunyai menggunakan pendapat ‎mengenai salah dan tidak salah, misalnya ia bertanya kepada negarawan, hakim, ‎tukang, pedagang, dsb. Menurut Xenophon, ia bertanya tentang salah dan tidak salah, ‎adil dan tidak adil, berani dan pengecut dll. Socrates selalu menganggap jawaban ‎pertama sebagai hipotesis, dan dengan jawaban – jawaban lebih lanjut dan menarik ‎kensekuensi – konsekuensi yang dapat disimpulkan dari jawaban – jawaban tersebut. ‎Jika ternyata hipotesis pertama tidak dapat dipertahankan, karena menghasilkan ‎konsekuensi yang mustahil, maka hipotesis itu diganti dengan hipotesis lain, lalu ‎hipotesis kedua ini diselidiki dengan jawaban – jawaban lain, dan begitulah ‎seterusnya. Sering terjadi percakapan itu berakhir dengan aporia ( kebingungan ). ‎Akan tetapi, tidak jarang dialog itu menghasilkan suatu definisi yang dianggap ‎berguna. Metode yang biasa digunakan Socrates biasanya disebut dialektika yang ‎berarti bercakap – cakap atau berdialog. Metode Socrates dinamakan diaelektika ‎karena dialog mempunyai peranan penting didalamnya.4‎
Bagi kita yang sudah biasa membentuk dan menggunakan definisi barang kali ‎merasakan definisi itu bukan sesuatu yang amat penting, jadi bukan suatu penenmuan ‎yang berharga. Akan tetapi, bagi Socrates pada waktu itu penemuan definisi bukanlah ‎hal yang kecil maknanya, penemuan inilah yang akan dihantamkannya kepada ‎relatifisme kaum sofis.‎
Orang sofis beranggapan bahwa semua pengetahuan adalah relatif ‎kebenarannya, tidak ada pengetahuan yang bersifat umum. Dengan definisi itu ‎Socrates dapat membuktikan kepada orang sofis bahwa pengatahuan yang umum ada, ‎yaitu definisi itu. Jadi, orang sofis tidak seluruhnya benar, yang benar ialah sebagian ‎pengetahuan bersifat umum dan sebagian bersifat khusus, yang khusus itulah ‎pengetahuan yang kebenaranya relatif. Misalnya contoh ini :‎
Apakah kursi itu ? kita periksa seluruh, kalau bisa seluruh kursi yang ada ‎didunia ini. Kita menemukan kursi hakim ada tempat duduk dan sandaran, kakinya ‎empat, dari bahan jati. Lihat kursi malas, ada tempat duduk dan sandaran, kakinya ‎dua, dari besi anti karat begitulah seterusnya. Jadi kita ambil kesimpulan bahwa setiap ‎kursi itu selalu ada tempat duduk dan sandaran. Kedua ciri ini terdapat pada semua ‎kursi. Sedangkan cirri yang lain tidak dimilki semua kursi. Maka, semua orang akan ‎sepakat bahwa kursi adalah tempat duduk yang bersandaran. Berarti ini merupakan ‎kebenaran obyektif – umum, tidak subyektif – relative. Tentang jumlah kaki, bahan, ‎dsb. Merupakan kebenaran yang relatif. Jadi, memang ada pengetahuan yang umum, ‎itulah definisi.‎
Dengan mengajukan definisi itu Socrates telah dapat “ menghentikan ” laju ‎dominasi relatifisme kaum sofis. Jadi, kita bukan hidup tanpa pegangan, kebenaran ‎sains dan agama dapat dipegang bersama sebagainya, diperselisihkan sebagainya. Dan ‎orang Athena mulai kembali memegang kaidah sains dan kaidah agama mereka.5‎
Socrates mengatakan kebenaran umum itu memang ada. Ia bukan dicari ‎dengan induksi seperti pada Socrates, melainkan telah ada “ disana ” dialam idea. ‎Kubu Socrates semakin kuat, orang sofis sudah semakin kehabisan pengikut. Ajaran ‎behwa kebenaran itu relatif semakin ditinggalkan, semakin tidak laku, orang sofis ‎kalap, lalu menuduh Socrates merusak mental pemuda dan menolak Tuhan – Tuhan. ‎Socrates diadili oleh hakim Athena. Ia dijatuhi hukuman mati. Seandainya Socrates ‎memilih hukuman dibuang keluar kota, tentu hukuman itu diterima oleh hakim ‎tersebut, tetapi Socrates tidak mau meninggalkan kota asalnya. Socrates menawarkan ‎hukuman denda 30 mina ( mata uang Athena waktu itu ). Pilihan itu ditolak oleh para ‎hakim karena dianggap terlalu kecil, terutama Socrates didalam pembelaannya ‎dirasakan menghina hakim – hakimnya. Biasanya hukuman mati dirasakan dalam ‎tenggang waktu 12 jam dari saat diputuskannya hukuman itu akan tetapi, pada waktu ‎itu ada satu perahu layar Athena yang keramat sedang melakukan perjalanan tahunan ‎kekuil dipulau Delos, dan menurut hukum Athena hukuman mati baru boleh ‎dijalankan bila perahu itu sudah kembali oleh karena itu, satu bulan lamanya Socrates ‎tinggal didalam penjara sambil bercakap – cakap dengan para sahabatnya. ‎

Salah seorang diantara mereka yaitu Kriton, mengusulkan supaya Socrates ‎melarikan diri, tetapi Socrates menolak. Dan pada waktu senja dengan tenang ‎Socrates meminum racun, dikelilingi oleh para sahabatnya. Sekalipun Socrates mati, ‎ajarannya tersebar justru dengan cepat karena kematiannya itu. Orang mulai ‎mempercayai adanya kebenaran umum. ‎
Kosepnya tentang roh, terkenal tidak tentu ( indeterminate ) dan ‎berpandangan terbuka ( openminded ), jelas – jelas tidak agamis dan terlihat tidak ‎mengandalkan doktrin – doktrin metafisik atau teologis. Juga tidak melibatkan ‎komitmen – komitmen naturalistik atau fisik apapun, seperti pandangan tradisional ‎bahwa roh adalah “ nafas ” yang menghidupkan. Sebenarnya juga tidak jelas bahwa ia ‎sedang mencari kesepakatan bagi pendapatnya bahwatelah mengetahui dirinya ‎sendiri. Sebab itu haruslah dia mengenal dirinya lebih dulu. Maka dijadikanlah diri ‎manusia oleh Socrates jadi sasaran filsafat, dengan mempelajari substan dan sifat – ‎sifat diri itu. Dengan demikian menurut Socrates filsafat hendaklah berdasarkan ‎kemanusiaan, atau dengan lain perkataan, hendaklah berdasarkan akhlak dan budi ‎pekerti.9‎
Menurut filsafat Socrates segala sesuatu kejadian yang terjadi di alam adalah ‎karena adanya “ akal yang mengatur ” yang tidak lalai dan tidak tidur. Akal yang ‎mengatur itu adalah Tuhan yang pemurah. Dia bukan benda, hanya wujud yang ‎rohani semata – mata. Pendapat Socrates tentang Tuhan lebih dekat kepada akidah ‎tauhid. Dia menasehatkan supaya orang menjaga perintah – perintah agama, jangan ‎menyembah berhala dan mempersekutukan Tuhan.‎
Pemikiran plato
Diantara pemikiran Plato yang terpenting adalah teorinya tentang ide-ide, ‎yang merupakan upaya permulaan yang mengkaji masalah tentang universal yang ‎hingga kini pun belum terselesaikan. Teori ini sebagian bersifat logis, sebagian lagi ‎bersifat metafisis. Dengan pendapatnya tersebut, menurut Kees Berten (1976), Plato ‎berhasil mendamaikan pendapatnya Heraklitus dengan pendapatnya Permenides, ‎menurut Heraklitus segala sesuatu selalu berubah, hal ini dapat dibenarkan menurut ‎Plato, tapi hanya bagi dunia jasmani (Pancaindra), sementara menurut Permenides ‎segala sesuatu sama sekali sempurna dan tidak dapat berubah, ini juga dapat ‎dibenarkan menurut Plato, tapi hanya berlaku pada dunia idea saja.‎

‎ Plato menjelaskan bahwa, jika ada sejumlah individu memiliki nama yang ‎sama, mereka tentunya juga memiliki satu “ide” atau “forma” bersama. Sebagai ‎contoh, meskipun terdapat banyak ranjang, sebetulnya hanya ada satu “ide” ranjang. ‎Sebagaimana bayangan pada cermin hanyalah penampakan dan tidak “real”. ‎Demikian pula pelbagai ranjang partikular pun tidak real, dan hanya tiruan dari “ide”, ‎yang merupakan satu-satunya ranjang yang real dan diciptakan oleh Tuhan. Mengenai ‎ranjang yang satu ini, yakni yang diciptakan oleh Tuhan, kita bisa memperoleh ‎pengetahuan, tetapi mengenai pelbagai ranjang yang dibuat oleh tukang kayu, yang ‎bisa kita peroleh hanyalah opini.‎
Perbedaan antara pengetahuan dan opini menurut Plato adalah, bahwa orang ‎yang memiliki pengetahuan berarti memiliki pengetahuan tentang “sesuatu”, yakni ‎‎“sesuatu” yang eksis, sebab yang tidak eksis berarti tidak ada. Oleh karena itu ‎pengetahuan tidak mungkin salah, sebab secara logis mustahil bisa keliru. Sedangkan ‎opini bisa saja keliru, sebab opini tidak mungkin tentang apa yang tidak eksis, sebab ‎ini mustahil dan tidak mungkin pula tentang yang eksis, sebab ini adalah pengetahuan. ‎Dengan begitu opini pastilah tentang apa yang eksis dan yang tidak eksis sekaligus.‎
‎ ‎ Maka kita tiba pada kesimpulan bahwa opini adalah tentang dunia yang tampil ‎pada indera, sedangkan pengetahuan adalah tentang dunia abadi yang supra-inderawi; ‎sebagai misal, opini berkaitan dengan benda-benda partikular yang indah, sementara ‎pengetahuan berkaitan dengan keindahan itu sendiri. Dari sini Plato membawa kita ‎pada perbedaan antara dunia intelek dengan dunia inderawi. Plato berusaha ‎menjelaskan perbedaan antara visi intelektual yang jelas dan visi persepsi inderawi ‎yang kabur dengan jalan membandingkannya dengan indera penglihatan. Kita bisa ‎melihat obyek dengan jelas ketika matahari menyinarinya; dalam cahaya temaram ‎penglihatan kita kabur; dan dalam gelap gulita kita tidak dapat melihat sama sekali. ‎Menurutnya, dunia ide-ide adalah apa yang kita lihat ketika obyek diterangi matahari, ‎sedangkan dunia dimana segala sesuatu tidak abadi adalah dunia kabur karena ‎temaramnya cahaya. Namun untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai apa ‎yang dimaksudnya, Plato memberikan sebuah tamsil, yakni tamsil tentang gua.‎
Menurut tamsil itu, mereka yang tidak memiliki pengetahuan filsafat bisa ‎diibaratkan sebagai narapidana dalam gua, yang hanya bisa memandang ke satu arah ‎karena tubuhnya terikat, sementara di belakangnya ada api yang menyala dan di ‎depannya ada dinding gua. Mereka hanya dapat melihat bayang-bayang yang ‎dipantulkan pada dinding gua oleh cahaya api. Mereka hanya bisa menganggap ‎bayang-bayang itu sebagai kenyataan dan tidak dapat memiliki pengertian tentang ‎benda-benda yang menjadi sumber bayang-bayang

‎ Sedangkan orang yang memiliki pengetahuan filsafat, ia gambarkan sebagai ‎seorang yang mampu keluar dari gua tersebut dan dapat melihat segala sesuatu yang ‎nyata dan sadar bahwa sebelumnya ia tertipu oleh bayang-bayang. Namun ketika ia ‎kembali ke gua untuk memberitahukan kepada teman-temannya tentang dunia nyata, ‎ia tidak dapat lagi melihat bayang-bayang secara jelas jika dibandingkan dengan ‎teman-temannya, sehingga di mata teman-temannya ia tampak menjadi lebih bodoh ‎dari pada sebelum ia bebas.‎
Demikianlah pemikiran Plato mengenai realitas yang sebenarnya. Teori Plato ‎tentang ide-ide tersebut, menurut penyusun, mengandung sekian kesalahan yang ‎cukup jelas. Kendati demikian, pemikiran itu pun menyumbangkan kemajuan penting ‎dalam filsafat, sebab inilah teori pertama yang menekankan masalah universal, yang ‎dalam pelbagai bentuknya, masih bertahan hingga sekarang.‎

Pemikiran plato tentang mimesis.‎
Mimesis berasal bahasa Yunani yang berarti tiruan. Dalam hubungannya ‎dengan kritik sastra mimesis diartikan sebagai pendekatan sebuah pendekatan yang ‎dalam mengkaji karya sastra selalu berupaya untuk mengaitkan karya sastra dengan ‎realitas atau kenyataan. Perbedaan pandangan Plato dan Aristoteles menjadi sangat ‎menarik karena keduanya merupakan awal filsafat alam, merekalah yang ‎menghubungkan antara persoalan filsafat dengan kehidupan .
Pandangan Plato mengenai mimesis sangat dipengaruhi oleh pandangannya mengenai ‎konsep Idea-idea yang kemudian mempengaruhi bagaimana pandangannya mengenai ‎seni.
‎ Plato menganggap Idea yang dimiliki manusia terhadap suatu hal merupakan ‎sesuatu yang sempurna dan tidak dapat berubah. Idea merupakan dunia ideal yang ‎terdapat pada manusia. Idea oleh manusia hanya dapat diketahui melalui rasio,tidak ‎mungkin untuk dilihat atau disentuh dengan panca indra. Idea bagi Plato adalah hal ‎yang tetap atau tidak dapat berubah, misalnya idea mengenai bentuk segitiga, ia ‎hanya satu tetapi dapat ditransformasikan dalam bentuk segitiga yang terbuat dari ‎kayu dengan jumlah lebih dari satu . Idea mengenai segitiga tersebut tidak dapat ‎berubah, tetapi segitiga yang terbuat dari kayu bisa berubah .‎

‎ Berdasarkan pandangan Plato mengenai konsep Idea tersebut, Plato sangat ‎memandang rendah seniman dan penyair dalam bukunya yang berjudul Republic ‎bagian kesepuluh. Bahkan ia mengusir seniman dan sastrawan dari negerinya. Karena ‎menganggap seniman dan sastrawan tidak berguna bagi Athena, mereka dianggap ‎hanya akan meninggikan nafsu dan emosi saja. Pandangan tersebut muncul karena ‎mimesis yang dilakukan oleh seniman dan sastrawan hanya akan menghasilkan ‎khayalan tentang kenyataan dan tetap jauh dari ‘kebenaran’. Seluruh barang yang ‎dihasilkan manusia menurut Plato hanya merupakan copy dari Idea, sehingga barang ‎tersebut tidak akan pernah sesempurna bentuk aslinya (dalam Idea-Idea mengenai ‎barang tersebut). Sekalipun begitu bagi Plato seorang tukang lebih mulia dari pada ‎seniman atau penyair. Seorang tukang yang membuat kursi, meja, lemari dan lain ‎sebagainya mampu menghadirkan Idea ke dalam bentuk yang dapat disentuh panca ‎indra. Sedangkan penyair dan seniman hanya menjiplak kenyataan yang dapat ‎disentuh panca indra (seperti yang dihasilkan tukang), mereka oleh Plato hanya ‎dianggap menjiplak dari jiplakan.‎
‎.‎ Menurut Plato mimesis hanya terikat pada ide pendekatan. Tidak pernah ‎menghasilkan kopi sungguhan, mimesis hanya mampu menyarankan tataran yang lebih ‎tinggi. Mimesis yang dilakukan oleh seniman dan sastrawan tidak mungkin mengacu ‎secara langsung terhadap dunia ideal. (Teew.1984:220). Hal itu disebabkan ‎pandangan Plato bahwa seni dan sastra hanya mengacu kepada sesuatu yang ada ‎secara faktual seperti yang telah disebutkan di muka. Bahkan seperti yang telah ‎dijelaskan di muka, Plato mengatakan bila seni hanya menimbulkan nafsu karena ‎cenderung menghimbau emosi, bukan rasio.‎

Aristoteles ‎
Aristoteles dilahirkan di kota Stagira, Macedonia, 384 SM. Ayahnya seorang ‎ahli fisika kenamaan. Pada umur tujuh belas tahun Aristoteles pergi ke Athena belajar ‎di Akademi Plato. Dia menetap di sana selama dua puluh tahun hingga tak lama Plato ‎meninggal dunia. Dari ayahnya, Aristoteles mungkin memperoleh dorongan minat di ‎bidang biologi dan “pengetahuan praktis”. Di bawah asuhan Plato dia menanamkan ‎minat dalam hal spekulasi filosofis.‎
Pada tahun 342 SM Aristoteles pulang kembali ke Macedonia, menjadi guru ‎seorang anak raja umur tiga belas tahun yang kemudian dalam sejarah terkenal dengan ‎Alexander Yang Agung. Aristoteles mendidik si Alexander muda dalam beberapa ‎tahun. Di tahun 335 SM, sesudah Alexander naik tahta kerajaan, Aristoteles kembali ‎ke Athena dan di situ dibukanya sekolahnya sendiri, Lyceum. Dia berada di Athena ‎dua belas tahun, satu masa yang berbarengan dengan karier penaklukan militer ‎Alexander. Alexander tidak minta nasehat kepada bekas gurunya, tetapi dia berbaik ‎hati menyediakan dana buat Aristoteles untuk melakukan penyelidikan-penyelidikan. ‎Mungkin ini merupakan contoh pertama dalam sejarah seorang ilmuwan menerima ‎jumlah dana besar dari pemerintah untuk maksud-maksud penyelidikan dan sekaligus ‎merupakan yang terakhir dalam abad-abad berikutnya.‎
Walau begitu, pertaliannya dengan Alexander mengandung pelbagai bahaya. ‎Aristoteles menolak secara prinsipil cara kediktatoran Alexander dan tatkala si ‎penakluk Alexander menghukum mati sepupu Aristoteles dengan tuduhan ‎menghianat, Alexander punya pikiran pula membunuh Aristoteles. Di satu pihak ‎Aristoteles kelewat demokratis di mata Alexander, dia juga punya hubungan erat ‎dengan Alexander dan dipercaya oleh orang-orang Athena. Tatkala Alexander mati ‎tahun 323 SM golongan anti-Macedonia memegang tampuk kekuasaan di Athena dan ‎Aristoteles pun didakwa kurang ajar kepada dewa. Aristoteles, teringat nasib yang ‎menimpa Socrates 76 tahun sebelumnya, lari meninggalkan kota sambil berkata dia ‎tidak akan diberi kesempatan kedua kali kepada orang-orang Athena berbuat dosa ‎terhadap para filosof. Aristoteles meninggal di pembuangan beberapa bulan kemudian ‎di tahun 322 SM pada umur enam puluh dua tahun.‎
Aristoteles dengan muridnya, Alexander Hasil murni karya Aristoteles ‎jumlahnya mencengangkan. Empat puluh tujuh karyanya masih tetap bertahan. Daftar ‎kuno mencatat tidak kurang dari seratus tujuh puluh buku hasil ciptaannya. Bahkan ‎bukan sekedar banyaknya jumlah judul buku saja yang mengagumkan, melainkan luas ‎daya jangkauan peradaban yang menjadi bahan renungannya juga tak kurang-kurang ‎hebatnya. Kerja ilmiahnya betul-betul merupakan ensiklopedi ilmu untuk jamannya. ‎

Aristoteles menulis tentang astronomi, zoologi, embryologi, geografi, geologi, ‎fisika, anatomi, physiologi, dan hampir tiap karyanya dikenal di masa Yunani purba. ‎Hasil karya ilmiahnya, merupakan, sebagiannya, kumpulan ilmu pengetahuan yang ‎diperolehnya dari para asisten yang spesial digaji untuk menghimpun data-data ‎untuknya, sedangkan sebagian lagi merupakan hasil dari serentetan pengamatannya ‎sendiri.‎
Untuk menjadi seorang ahli paling jempolan dalam tiap cabang ilmu tentu ‎kemustahilan yang ajaib dan tak ada duplikat seseorang di masa sesudahnya. Tetapi ‎apa yang sudah dicapai oleh Aristoteles malah lebih dari itu. Dia filosof orisinal, dia ‎penyumbang utama dalam tiap bidang penting falsafah spekulatif, dia menulis tentang ‎etika dan metafisika, psikologi, ekonomi, teologi, politik, retorika, keindahan, ‎pendidikan, puisi, adat-istiadat orang terbelakang dan konstitusi Athena. Salah satu ‎proyek penyelidikannya adalah koleksi pelbagai negeri yang digunakannya untuk ‎studi bandingan.‎
Mungkin sekali, yang paling penting dari sekian banyak hasil karyanya adalah ‎penyelidikannya tentang teori logika, dan Aristoteles dipandang selaku pendiri ‎cabang filosofi yang penting ini. Hal ini sebetulnya berkat sifat logis dari cara berfikir ‎Aristoteles yang memungkinkannya mampu mempersembahkan begitu banyak bidang ‎ilmu. Dia punya bakat mengatur cara berfikir, merumuskan kaidah dan jenis-jenisnya ‎yang kemudian jadi dasar berpikir di banyak bidang ilmu pengetahuan. Aristoteles tak ‎pernah kejeblos ke dalam rawa-rawa mistik ataupun ekstrim. Aristoteles senantiasa ‎bersiteguh mengutarakan pendapat-pendapat praktis. Sudah barang tentu, manusia ‎namanya, dia juga berbuat kesalahan. Tetapi, sungguh menakjubkan sekali betapa ‎sedikitnya kesalahan yang dia bikin dalam ensiklopedi yang begitu luas.‎
Pengaruh Aristoteles terhadap cara berpikir Barat di belakang hari sungguh ‎mendalam. Di jaman dulu dan jaman pertengahan, hasil karyanya diterjemahkan ke ‎dalam bahasa-bahasa Latin, Arab, Itali, Perancis, Ibrani, Jerman dan Inggris. Penulis-‎penulis Yunani yang muncul kemudian, begitu pula filosof-filosof Byzantium ‎mempelajari karyanya dan menaruh kekaguman yang sangat. Perlu juga dicatat, buah ‎pikirannya banyak membawa pengaruh pada filosof Islam dan berabad-abad lamanya ‎tulisan-tulisannya mendominir cara berpikir Barat. Ibnu Rusyd (Averroes), mungkin ‎filosof Arab yang paling terkemuka, mencoba merumuskan suatu perpaduan antara ‎teologi Islam dengan rasionalismenya Aristoteles. Maimomides, pemikir paling ‎terkemuka Yahudi abad tengah berhasil mencapai sintesa dengan Yudaisme. Tetapi, ‎hasil kerja paling gemilang dari perbuatan macam itu adalah Summa Theologia-nya ‎cendikiawan Nasrani St. Thomas Aquinas. Di luar daftar ini masih sangat banyak ‎kaum cerdik pandai abad tengah yang terpengaruh demikian dalamnya oleh pikiran ‎Aristoteles.‎
Kekaguman orang kepada Aristoteles menjadi begitu melonjak di akhir abad ‎tengah tatkala keadaan sudah mengarah pada penyembahan berhala. Dalam keadaan ‎itu tulisan-tulisan Aristoteles lebih merupakan semacam bungkus intelek yang jitu ‎tempat mempertanyakan problem lebih lanjut daripada semacam lampu penerang ‎jalan. Aristoteles yang gemar meneliti dan memikirkan ihwal dirinya tak salah lagi ‎kurang sepakat dengan sanjungan membabi buta dari generasi berikutnya terhadap ‎tulisan-tulisannya.‎
Beberapa ide Aristoteles kelihatan reaksioner diukur dengan kacamata ‎sekarang. Misalnya, dia mendukung perbudakan karena dianggapnya sejalan dengan ‎garis hukum alam. Dan dia percaya kerendahan martabat wanita ketimbang laki-laki. ‎Kedua ide ini-tentu saja –mencerminkan pandangan yang berlaku pada jaman itu. ‎Tetapi, tak kurang pula banyaknya buah pikiran Aristoteles yang mencengangkan ‎modernnya, misalnya kalimatnya, “Kemiskinan adalah bapaknya revolusi dan ‎kejahatan,” dan kalimat “Barangsiapa yang sudah merenungi dalam-dalam seni ‎memerintah manusia pasti yakin bahwa nasib sesuatu emperium tergantung pada ‎pendidikan anak-anak mudanya.” (Tentu saja, waktu itu belum ada sekolah seperti ‎yang kita kenal sekarang).‎
Di abad-abad belakangan, pengaruh dan reputasi Aristoteles telah merosot ‎bukan alang kepalang. Namun, saya pikir pengaruhnya sudah begitu menyerap dan ‎berlangsung begitu lama sehingga saya menyesal tidak bisa menempatkannya lebih ‎tinggi dari tingkat urutan seperti sekarang ini. Tingkat urutannya sekarang ini terutama ‎akibat amat pentingnya ketiga belas orang yang mendahuluinya dalam urutan.‎
Istilah-istilah ciptaan aristoteles masih dipakai samapai sekarang:
Informasi, relasi, energi, kuantitas, kualitas, individu, substansi, materi, esensi, dsb.
Ahli filsafat terbesar di dunia sepanjang zaman, bapak peradaban barat, bapak ‎eksiklopedi, bapak ilmu pengetahuan, atau guru(nya) para ilmuwan adalah berbagai ‎julukan yang diberikan pada ilmuan ini. Berbagai termuannya seperti logika yang ‎diebut juga ilmu mantic yaitu pengethaun tentang cara berpikir dengan baik, benar, ‎dan sehat, membaut namanya begitu dikenal oleh setiap orang di seluruh dunia yang ‎pernah mengecap penididkan.‎
Pria yang lahir di Stagmirus, Macedonia. Pada tahun 384 sM. Inilah orang ‎pertama di dunia yang dapat membuktikan bahwa bumi bulat. Pembuktian yang ‎dilakukaknya dengan jalan meliaht gerhana. Sepuluh jenis kata yang dikenal orang ‎saat ini seperti. Kata kerja, kata benda, kata sifat dan sebagainya merupakan ‎pembagian kata hasil pemikirannya. Dia jugalah yang mengatakan bahwa manusia ‎adalah mahkluk social.‎

Ayahnya yang bernama Nicomachus, seorang dokter di sitana Amyntas III, ‎raja Mecodinia, kakek Alexander Agung. Meninggal ketika Aristoteles berusia 15 ‎tahun. Karennanya, ia kemudia dipelihara oleh proxenus, pamanya- saudara dari ‎ayahnya, pada usia 17 tahun ia masuk akademi milik plato di Athena. Dari situlahia ‎kemudian menjadi murid plato selama 20 tahun
Dengan meninggalnya plato pada tahun 347 sM. Aristoteles meninggalkan ‎Athena dan mengembara selama 12 tahun. Dalam jenjang waktu itu ia mendirikan ‎akademi di Assus dan menikah dengan Pythias yang tak lama kemudian meninggal. ‎Ia lalu menikah lagi dengan Herpyllis yang kemudian melahirkan baginya seorang ‎anak laki-laki yang ia beri nama Nicomachus seperti ayahnya. Pada tahu-tahun ‎berikutnya ia juga mendirikan akademi di Mytilele. Saat itulah ia sempat jadi guru ‎Alexander Agung selama 3 thun.‎
Di Lyceum, Athena pada tahuan 355 sM. Ia juga mendirikan semacam ‎akademi. Di sinilah ia selama 12 tahun memberikan kuliah, berpikir, mengadakan riset ‎dan eksperimen serta membuat catatan-catatn dengan tekun dan cermat. Pada tahun ‎‎323 sM Alexander Agung meninggal. Karena takut di bunuh orang yunani yang ‎membenci pengikut Alexander, Aristoteles akhirnya melarikan diri ke Chalcis. Tapi ‎ajal emmang tal menganl tempat. Mau bersembunyi kemanapun, kalau ajal sydah tiba ‎tidak ada yang bisa menolak. Demikian juga dengan tokoh ini, satu tahun setelah ‎pelariannya ke kota itu, yaitu tepatnya pada tahun 322 sM, pada usia 62 tahun ia ‎meninggal juga di kota tersebut, Chalcis Yunani..‎
Julukan:‎
 Ahli filsafat terbesar di dunia sepanjang masa
 Bapak peradaban barat
 Bapak ilmu pengetahuan atau gurunya para ilmuan.
‎ ‎
Puncak Kejayaan Jaman Klasik: Sokrates, Plato, Aristoteles
Puncak filsafat Yunani dicapai pada Sokrates, Plato dan Aristoteles. Sokrates ‎‎(± 470-400 S.M.), guru Plato, mengajar bahwa akal budi harus menjadi norma ‎terpenting untuk tindakan kita. Sokrates sendiri tidak menulis apa-apa. Pikiran-‎pikirannya hanya dapat diketahui secara tidak langsung melalui tulisan-tulisan dari ‎cukup banyak pemikir Yunani lain, terutama melalui karya Plato. Plato (428-348 ‎S.M.) menggambarkan Sokrates sebagai seorang alim yang mengajar bagaimana ‎manusia dapat menjadi berbahagia berkat pengetahuan tentang apa yang baik.‎
Plato sendiri menentukan, bersama Aristoteles, bagi sebagian besar dari ‎seluruh sejarah filsafat Barat selama lebih dari dua ribu tahun. Dunia yang kelihatan, ‎menurut Plato, hanya merupakan bayangan dari dunia yang sungguh-sungguh, yaitu ‎dunia ide-ide yang abadi. Jiwa manusia berasal dari dunia ide-ide. Jiwa di dunia ini ‎terkurung di dalam tubuh. Keadaan ini berarti keterasingan. Jiwa kita rindu untuk ‎kembali ke "surga ide-ide". Kalau jiwa "mengetahui" sesuatu, pengetahuan ini ‎memang bersifat "ingatan". Jiwa pernah berdiam dalam kebenaran dunia ide-ide, dan ‎oleh karena itu pengetahuan mungkin sebagai hasil "mengingat". Filsafat Plato ‎merupakan perdamaian antara ajaran Parmenides dan ajaran Herakleitos . Dalam ‎dunia ide-ide segala sesuatu abadi, dalam dunia yang kelihatan, dunia kita yang tidak ‎sempurna, segala sesuatu mengalami perubahan. Filsafat Plato, yang lebih bersifat ‎khayal daripada suatu sistem pengetahuan, sangat dalam dan sangat luas dan meliputi ‎logika, epistemolgi, antropologi, teologi, etika, politik, ontologi, filsafat alam dan ‎estetika.‎
Aristoteles (384-322 S.M.), pendidik Iskandar Agung, adalah murid Plato. ‎Tetapi dalam banyak hal ia tidak setuju dengan Plato. Ide-ide menurut Aristoteles ‎tidak terletak dalam suatu "surga" di atas dunia ini, melainkan di dalam benda-benda ‎sendiri. Setiap benda terdiri dari dua unsur yang tak terpisahkan, yaitu materi ("hylè") ‎dan bentuk ("morfè"). Bentuk-bentuk dapat dibandingkan dengan ide-ide dari Plato. ‎Tetapi pada Aristoteles ide-ide ini tidak dapat dipikirkan lagi lepas dari materi. Materi ‎tanpa bentuk tidak ada. Bentuk-bentuk "bertindak" di dalam materi. Bentuk-bentuk ‎memberi kenyataan kepada materi dan sekaligus merupakan tujuan dari materi. ‎Filsafat Aristoteles sangat sistematis. Sumbangannya kepada perkembangan ilmu ‎pengetahuan besar sekali. Tulisan-tulisan Aristoteles meliputi bidang logika, etika, ‎politik, metafisika, psikologi dan ilmu alam.‎






















PENUTUP



















Daftar Pustaka

Beoang, Konrad Kebung, Plato: Jalan Menuju Pengetahuan yang Benar, cet.4, ‎Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 1999.
Bertens, K, Sejarah Filsafat Yunani, cet. 14, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 1997
Ferguson, Wallace K., and Geoffrey Bruun. A Survey of European Civilization (4th ‎Ed), pg. 39. Houghton Mifflin Company/Boston, 1969, USA.
Hadiwijono, Harun, Sari Sejarah Filsafat Barat 1, cet. 15, Penerbit Kanisius, ‎Yogyakarta, 1998
Hatta, Mohammad, Alam Pikiran Yunani, cet. 3, Penerbit Universitas Indonesia, ‎Jakarta, 1986.
Yenne, Bill. 100 Pria Pengukir Sejarah Dunia. Alih bahasa: Didik Djunaedi. PT. ‎Pustaka Delapratasa, Jakarta 2002.‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar